Kelapa Sawit Sebagai Potensi Bisnis Perkebunan Kalimantan

Nama : ilham marzuki

Bp : 409.493

E-mail : ilham.marz@yahoo.com

No Hp : 087792657348

Kelapa Sawit Sebagai Potensi Bisnis Perkebunan Kalimantan

Terbit 16 Januari 2009

Pulau Kalimantan memang dianugerahi berbagai macam sumber daya alamnya dan lahan perkebunan yang luas. Kelapa sawit salah satunya. Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan potensi bisnis perkebunan kalimantan yang sangat menguntungkan. Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan sampai industri kimia.

Industri makanan mentega, shortening, coklat, additive, ice cream, pakan ternak, minyak goreng, produk obat–obatan dan kosmetik, krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene juga memerlukan minyak sawit.

Industri berat dan ringan, industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam juga membutuhkan bahan baku dari hasil kelapa sawit.

Bahkan minyak sawit dibutuhkan juga untuk industri kimia seperti detergen, sabun, dan minyak. Sisa-sisa dari industri minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur.

Produk Utama Kelapa Sawit

Produk turunan CPO bisa dipasarkan untuk perusahaan yang memproduksi minyak goreng kelapa sawit, margarine, shortening, vanaspati (Vegetable ghee), ice creams, bakery fats, instans noodle, sabun dan detergent, cocoa butter extender, chocolate dan coatings, specialty fats, dry soap mixes, sugar confectionary, biskuit cream fats, filled milk, lubrication, textiles oils dan bio diesel.

Produk turunan minyak inti sawit bisa dipasarkan untuk perusahaan yang memproduksi shortening, cocoa butter substitute, specialty fats, ice cream, coffee whitener/cream, sugar confectionary, biscuit cream fats, filled mild, imitation cream, sabun, detergent, shampoo dan kosmetik.

Ampas Tandan Kelapa Sawit Bisa Dimanfaatkan

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pupuk organik, pupuk kompos maupun pupuk kalium. Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, dan polipot.

Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E. Batang pohon dapat dijadikan “fiber board” untuk bahan baku mebel, kursi, meja, lemari dan sebagainya. Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan sebagainya.

Pasar Kelapa Sawit

Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa terakhir ini mengalami kenaikan sekitar 7,3% pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia ini sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit dari negara Malaysia dan Indonesia yang memberikan kontribusi sebesar 80% dari produksi dunia.

Berdasarkan data Oil Word diperkirakan produksi CPO lima tahun ke depan akan meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat dunia. Tingkat produksi CPO dunia masih dikuasai oleh Malaysia dengan pengusaan 50% market dunia, sedangkan Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30% penguasaan market dunia. Saat ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih dari 80% pangsa pasar.

Negara-negara produsen lainnya, seperti Nigeria, Kolombia, Thailand, Papua Nugini, dan bahkan Pantai Gading, boleh dibilang hanya menjadi pelengkap. Malaysia menempati peringkat teratas dengan volume produksi pada 2003 mencapai 13,35 juta ton. Sementara Indonesia masih 9,75 juta ton. Menurut ramalan Oil World, volume produksi CPO Indonesia pada 2010 bakal mencapai 12 juta ton.

Namun, agaknya ramalan itu bakal meleset. Sebab, pada 2004 saja volume produksi CPO Indonesia sudah mencapai 11,5 juta ton. Itu sebabnya banyak kalangan optimis volume produksi CPO Indonesia bakal segera mengalahkan Malaysia, terlebih jika melihat luas lahan di Malaysia yang kian terbatas, sementara di Indonesia masih begitu luas.

Produksi minyak sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri minyak goreng dan industri non pangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Namun, potensi pasar paling besar adalah industri minyak goreng.

Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng. Sampai tahun 1997 produksi minyak goreng Indonesia baru mencapai 3,1 juta ton dengan kontribusi minyak goreng sawit 2,3 juta ton (74 %). Kebutuhan untuk memproduksi minyak goreng sawit sebesar itu memerlukan 3,3 juta ton minyak sawit.

Penetapan Harga

Pada dasarnya, ada 2 kekuatan besar yang berpengaruh pada pembentukan harga komoditas kelapa sawit, yaitu kekuatan pasar (marketing forces) dan pengendalian oleh pemerintah (government intervention).

Dengan demikian, penetapan harga kelapa sawit didasarkan pada kekuatan pasar, tingkat persaingan dan juga pengendalian pemerintah. Setelah itu penetapan harga kelapa sawit harus disesuaikan dengan harga jual dalam dan luar negeri, dengan perincian sebagai berikut:

1.      Harga jual dalam negeri.

Kedudukan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng yang merupakan 9 bahan pokok menyebabkan pemerintah tidak berlepas tangan. Disini perusahaan perkebunan kelapa sawit berhadapan dengan pihak prosesor, yang oleh pemerintah sudah ditentukan bahwa harga jual produksi prosesor dalam bentuk minyak goreng harus terjangkau oleh rakyat, sehingga mau tidak mau perusahaan harus menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah tersebut.

2.      Harga jual luar negeri.

Penetapan harga dilakukan dengan cara open tender atau dengan cara competitive bidding. Demi kelancaran perluasan pasar dan pengamanan terhadap risiko sengketa, risiko claim, atau hal-hal lain yang dapat merugikan, dalam kontrak penjualan akan menggunakan ketentuan yang telah diatur oleh International Trade Association (Asosiasi Komoditi International). Dengan adanya faktor-faktor penetapan harga tersebut diatas, perusahaan kelak akan terus meneruskan melakukan penghematan biaya produksi guna menghasilkan marjin laba yang signifikan.

Risiko Bisnis Perkebunan Kelapa Sawit

1.      Pencurian Hasil Panen

Lahan budidaya yang luas dan jumlah kelapa sawit yang banyak mengakibatkan susahnya pengawasan dan pengontrolan. Pencurian dan penjarahan hasil panen selalu saja terjadi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya pengamanan yang ekstra. Tetapi untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

2.      Gagal Panen

Penyakit dalam bentuk jamur, gulma dan hama yang menyerang pada perkebunan kelapa sawit sangat sulit dihilangkan dan bisa menular ke seluruh areal perkebunan, sehingga mengakibatkan gagal panen.

3.      Harga yang Naik Turun

Harga pasar sewaktu-waktu dapat naik dan turun karena kelapa sawit merupakan komoditas yabg harganya mengikuti pasar di dunia dan kebijakan pemerintah. Hal ini bisa berdampak bagi siapapun yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.

sumber gambar : perkebunan.kalitimprov.go.id

Published January 16, 2009

Oil palm plantation business is the business potential of highly profitable plantation Kalimantan

The island of Borneo was awarded a variety of natural resources and vast plantations. Palm one. Oil palm plantation business is the business potential of highly profitable plantation Kalimantan. Coconut oil is very beneficial from the food industry to the chemical industry.

The food industry butter, shortening, chocolate, additives, ice cream, animal feed, cooking oil, pharmaceutical products and cosmetics, creams, shampoo, lotion, pomade, vitamins and beta carotene also require palm oil.

Heavy and light industry, leather industry (to make the skin smooth and supple and resistant to high pressure or high temperature), cold rolling and fluxing agent on the silver industry, as well as the material of the separator material cobalt and copper in the metal industry also requires raw materials of the oil palm.

Even palm oil is also required for the chemical industry such as detergents, soaps, and oils. The remains of the palm oil industry can be used as boiler fuel, furniture polish ingredients, wine materials.

Palm Oil Products

Derivative products can be marketed to companies that produce palm oil, margarine, shortening, Vanaspati (Vegetable ghee), ice creams, bakery fats, instances noodle, soap and detergent, cocoa butter extender, chocolate and coatings, specialty fats, dry soap mixes, sugar confectionary, biscuit cream fats, filled milk, lubrication, oils and bio diesel Textiles.

Palm kernel oil derived products could be marketed to companies that produce shortening, cocoa butter substitute, specialty fats, ice cream, coffee whitener / cream, sugar confectionary, biscuit cream fats, filled mild, imitation cream, soap, detergent, shampoo and cosmetics.

Bunches of Oil Palm residues Can be Used

In addition to oil, palm bunches pulp is a source of potash fertilizer and the potential to be processed into organic fertilizer through fermentation (composting) with the addition of aerobic microbes that will enrich the experience of manure produced.

Oil palm empty fruit bunches (TKKS) can be used as an alternative organic fertilizers, compost and fertilizer potassium. Other functions as well as a fiber material TKKS for car seat filler and mattresses, and polipot.

Tree bark and palm oil can be used to extract Vitamin E. The trunk can be used as a "fiber board" for the raw materials of furniture, chairs, desks, cabinets and so forth. Munitions residues / waste the rest of the plant can be used as a powder filler mattresses, cushions, and so forth.

Palm Oil Market

Historically the growth of world palm oil production during the last two decades has increased approximately 7.3% per year. Development of the world's palm oil is highly influenced by the production of palm oil from Malaysia and Indonesia that the country accounts for 80% of world production.

Based on data from Oil Word CPO production is expected next five years will increase but smaller than the consumption of the world. CPO production level the world is still dominated by Malaysia with the procurement of 50% of the world market, while Indonesia is located on the second level with 30% mastery of the world market. Currently Indonesia and Malaysia is the world's leading producer of palm oil to control more than 80% market share.

Other producing countries, like Nigeria, Colombia, Thailand, Papua New Guinea, the Ivory Coast and even, arguably only be a complement. Malaysia ranked top with volume production in 2003 reached 13.35 million tons. While Indonesia was 9.75 million tons. According to Oil World forecast, Indonesia CPO production volume in 2010 will reach 12 million tons.

However, it seems it would miss forecasts. Because, in 2004 only Indonesia CPO production volume has reached 11.5 million tons. That's why many people are optimistic Indonesia CPO production volume will soon be defeated Malaysia, especially if you look at the land area in Malaysia is more limited, while in Indonesia is still so widespread.
Production of palm oil (CPO) in the country is absorbed by the food industry and the oil industry, especially non-food industries such as cosmetics and pharmaceutical industries. However, the greatest market potential is the cooking oil industry.
Potential is evident from the increase of population has implications for the accretion of cooking oil, especially food. Until 1997 Indonesia oil production reached 3.1 million tons of palm oil while contributing 2.3 million tonnes (74%). The need to produce palm oil for it requires 3.3 million tonnes of palm oil.

Price fixing

Basically, there are two major forces that affect the formation of palm oil commodity prices, the strength of the market (marketing forces) and control by the government (government intervention).

Thus, palm oil pricing based on market forces, the level of competition and government control. After the establishment of palm oil prices have adjusted the price at home and abroad, with the following details:

1.      Domestic selling prices.

The position of palm oil as cooking oil feedstock is a staple 9 causing the government is not innocent hands. Oil palm plantation companies here are dealing with the processor, which the government has determined that the price of production of the processor in the form of cooking oil should be affordable by the people, so inevitably the company had to adjust to the policy of the government.

2.      The selling price abroad.

Pricing is done by open tender or by way of competitive bidding. For smooth expansion of the market and safeguard against the risk of disputes, the risk of claim, or other matters that may be detrimental, in the sales contract will use the terms regulated by the International Trade Association (the Association of International Commodity). Given the pricing factors mentioned above, the company will continue to forward to the future production cost savings in order to generate a significant profit margin.

Business risk of Palm Oil

1.      Crop theft

Extensive cultivation of oil palm and the amount that a lot of hard lead supervision and control. Theft and looting of the crop always happen. To anticipate the need for extra security. But to realize this will cost quite a bit.

2.      Failed Harvests

In the form of fungal diseases, weeds and pests that attack on the oil palm plantations is very difficult to remove and can spread to the entire plantation area, resulting in crop failure.

3.      The price Up Down

           Market prices are subject to ups and downs because of palm oil is a commodity price by follow world markets and government policies. This could have implications for anyone engaged in oil palm plantations.

image source: perkebunan.kalitimprov.go.id